Monday, April 2, 2012

Arus

Aku tahu kamu penat. Kamu bosan dengan segala pinta dan permohonan.
Aku juga penat. Aku bosan dengan segala kata sia-sia yang sepertinya bahkan tidak dapat kamu dengar.
Aku tidak dapat memaksa. Disisi lain aku tidak dapat membiarkanmu menyerah pada takdir.
berkali-kali kamu berkata 'biarkan semua mengalir'
pun demikian aku lebih suka kita berkayuh sampan. Aku ingin kamu memilih.


kalau suatu saat nanti kamu jadi milikku, itu bukan takdir. itu pilihanmu.
dan kalau aku mati dalam penantianku, itu bukan takdir. itu pilihanku.

---

Sedang Tuhan memberikan hak maha istimewa itu padamu; hak kemanusiaanmu; hak untuk memilah dan hak untuk memilih; tapi terkadang penat itu sangat memaksamu untuk menyerahkan kemanusiaanmu pada takdir.

Catatan ini juga untukku.

Wednesday, January 12, 2011

Permit

Bisik angin menjanjikan hujan. Langit sudah mulai kelam. Awan hitam bergelayut sarat air. Tapi toh hujan tak turun juga. Semua menantikan restu-Mu, Tuhan..

Impression

Betapa perasaan2 ini membuatku kikuk. Rasanya tangan dan kakiku tidak berada di tempat yang semestinya. Lidahku memberontak. Aku meracau kacau mabuk hilang kendali.. bahkan tanpa ecstasy..! Ya, bahkan tanpa ecstasy.

Friday, July 9, 2010

Buntu

Buntu. Apa yang kamu lakukan ketika kamu merasa tidak bisa maju, apalagi melaju?
Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk melihat apa yang sudah lalu. Tapi ingat, dalam hal ini kamu harus bijak memilah. Waspadalah supaya jangan kamu membuka halaman yang salah.
Berhati-hatilah, karena diantara lembar-lembar kehidupanmu, seringkali - dan bahkan mungkin selalu - tersimpan akar yang pahit, yang justru membuatmu lumpuh dan lebih terpuruk.

Mari buka masa lalumu untuk menemukan dan mengingat betapa banyak kebaikan yang sudah kamu terima.. dan bukan justru untuk mencari pembenaran atas keadaanmu yang kini stagnan. Dengan begitu kamu akan dapat melumasi roda-rodamu yang berderit macet dan kembali maju, bahkan melaju!

(Catatan ini untukku)

Saturday, May 15, 2010

koin

"yas, mau lanjut belajar disini apa mau maen PS aja di tempat si co?"

"nah mulai lah godaan..."

"yee bukan godaan inimah cuma usul aja"

"hm.. mari kita serahkan semuanya pada probabilitas. aya koin teu jar?"

"haha.. gaya lu! ada nih gopean"

"gini jar, kita tos aja, kalo gambar bunga artinya kita tetep belajar disini, kalo burung kita terbang langsung ke tempat si co"

"Tunggu-tunggu, berapa kali?"

"hmm.. tiga kali lah ya, yang standar-standar aja"

"sip-sip, sini gua dulu yas yang tos"

"haduh jadi deg-degan haha.."

"siap ya, nih..!"



"bunga boy, anda kurang beruntung.. sini-sini gua aja"

"simsalabim.. bismillah!"



"halaah, bunga lagi.. sama aja lu mah. berarti belajar aja disini kita.."

"haha.. ya udah atuh"



"eh coba lima kali yu..!?"

-----

Setelah percobaan ketujuh, kami terbang ke tempatnya si co (keistimewaan manusia terletak dari kemerdekaannya menentukan pilihan - dimana ada kemauan, disitu ada jalan).

Friday, May 14, 2010

Kembalikan surat-suratku

Engkau keparat! kembalikan surat-suratku!
kembalikan segenap cinta didalamnya
kembalikan setiap puji-puja yang tak layak engkau terima
kembalikan surat-suratku!

Pernahkah mereka memiliki arti didepanmu?
tidak, kurasa tidak
maka itu, kembalikan surat-suratku!

kepalaku sarat rencana
masa depanku terlalu panjang
cintaku terlalu mulia
terlalu agung untukmu yang jalang!

sekarang, kembalikan surat-suratku
kembalikan surat-suratku!!!

---

teman, dalam bisik kuberitahu kau sesuatu:

ia tidak pernah benar-benar mencintai
berkali-kali ia hanya terobsesi
pada hari ia menerima surat-suratnya kembali, pada hari itu juga ia menerbangkannya ke tujuan lain.
Dan tahukah teman, aku berani bertaruh, dalam waktu dekat ia sudah kembali berteriak:
"kembalikan surat-suratku!"

Thursday, May 13, 2010

subordinat

Di luar Hujan

Kutarik selimutku menutupi tubuhku
seolah mencoba berlindung dari udara yang sarat ketegangan

Di luar hujan

Angin membawa gumpalan-gumpalan awan kumolonimbus
yang hitam, pekat, juga sarat ketegangan

Air, tetesan air, tumpahan air
mengguyur, menampar dinding-dinding, atap dan jendela kamarku
menyelimutinya dengan nuansa ketegangan

Jam 5 sore, diluar masih saja hujan
kedahsyatannya yang tadi sudah berkurang
tetapi langit masih tetap putih atau kelabu apapun itu
dan masih menumpahkan airmatanya keatas atap kamarku yang tersusun dari asbes..
menangisiku?
berlebihan, tapi bisa juga iya
menangisi aku yang sampai saat ini masih berkubang dalam kelemahanku
menangisi kekalahanku, yang sudah klise barangkali
kekalahanku dari monster yang diam dalam diriku.
satu pertanyaan mengusik,
'atau aku-kah yang sedang menumpang dalam pribadi monster itu?
atau salahkah aku, penafsiranku yang menganggap monster itu adalah semacam subordinat?
jika kemunculanya, kemenangannya, kendalinya mendominasi hampir seluruh kehidupanku (atau justru, kehidupan-nya)
bukankah itu berarti akulah yang subordinat?'

Di luar masih hujan
Ingin aku keluar
mencuci segala pemahaman yang salah akan aku dan monster itu..

-----

Dua tahun berlalu,
aku masih bertarung dengan monster yang sama;
keakuan dan keangkuhan yg sama..